PUISI
Oleh : Mtt_Qeen
Kau... Raja penghuni kali tua
Dinasti keenam setelah mehamz
Nenekku percaya
Akupun yakin
Kaulah rajaku...
Si hitam berkumis tipis
Pemilik janji di pertigaan malam
Atas nama tuhan kau bersumpah:
Akan menjagaku segenap kekuatanmu
Memberiku makan sampai kenyang
Membangun gubuk tempat bersantai
Atas nama keadilan kau berkhutbah:
Merawat hukum segenap kejujuranmu
Sekolah gratis dan sembako murah
Atas nama cinta kau bertutur:
Menebar kasih sayang tanpa dendam
Membangun jalan dan trotoar lebar
Namun...
Sumpahmu tak pulang
Adilmu hilang
Dan cintamupun terbang
Sekarang...
Biarkan aku!
Bersama aliran limbah memanjang
Hingga runtuh tujuh bendungan
Bukan bapakku
Kau pendusta...
29 March 2008
PESONA MENAWAN PUTRI RANIA
CERPEN
Oleh : Mtt_Qeen
Sore yang cerah. Sinar mentari mulai memerah. Menyelinap dibalik pepohonan rimbun di seberang jalan. Cahayanya begitu lembut menerpa kulitku nan lembab. Sesekali angin sejuk berhembus dari utara membawa aroma wangi sate pak Jali yang biasa mangkal di trotoar jalan depan.
Aku, Mama, dan kak Shofi duduk-duduk di beranda rumah, ngorsek (ngobrol ringan seputar kehidupan). Ceritapun bergulir, mulai dari kisah puisi kesayanganku yang kecebur got tadi siang hingga cerita hiruk pikuk konversi minyak tanah ke kompor gas yang semakin tak jelas ujungnya. Ya beginilah bangsaku. Tua-tua keladi, makin tua semakin jadi. Selalu saja melahirkan keputusan tak berpihak. Akibatnya rakyat kecil tercekik, sementara tikus-tikus got yang bertopeng Instansi berlapang perut di dalam sana, terbahak-bahak. Aku heran, kenapa bangsa ini malang sekali nasibnya? Hmmhhhhh...
Tak terasa hari semakin gelap. Awan-awan hitam begitu cepat menyebar dan menyelimuti bias langit. Mama dan kak Shofi bergegas masuk rumah, menutup pintu dan jendela. Sementara di jalan sana masih ramai mahasiswa-mahasiswa muda yang sedang menunggu angkutan pulang. Mereka begitu antusias memilah-milah mobil yang harus ditumpangi. Aku tak beranjak pergi. Terus menatap ke jalan yang lama-kelamaan semakin lengang.
“Sreet sreeettt duuaaaaaaaar!! ”
Lamunanku buyar.
“Firman… Cepat masuk! ”
“Ya Ma.”
Aku segera masuk rumah. Beberapa saat kemudian hujan turun sangat lebat sekali, diiringi dentuman petir yang bertalu-talu. Aku ingat pesan almarhum kakek Mujib (guru ngajiku sewaktu SMA). Katanya, ‘Jika hujan datangnya ketika menjelang pagi, artinya akan ada pertanda buruk karena masyarakat tidak bisa beraktifitas di pagi itu, namun jika ia datang menjelang magrib artinya akan ada pertanda baik yang sangat meyenangkan’.
“Mudah-mudahan ini benar pertanda baik. Amien…” Harapku.
***
Jam menunjukkan pukul 20.45, sementara hujan belum juga reda. Aku beranjak ke kamar mandi, wudhu, kemudian shalat Isya’ berjama’ah bersama Mama. Sementara kak Shofi asik dengan remot control dan sinetron kesayangannya “Cinta Fitri”. Baginya sinetron ini adalah tontonan wajib yang tak tergantikan oleh program apapun. Bahkan ia rela mengorbankan acara-acaranya di kampus cuma karena Fitri dan Farel. Aku heran.
Usai shalat aku segera membereskan sajadah. Kemudian aku berjalan ke arah jendela. Ku lihat hujan masih menari-nari diluar sana. Menerpa dedaunan kering yang sudah lama tak tersiram. Pohon mangga, rambutan, dan tanaman hias di depan rumahku, mereka semua bertasbih memuji tuhan atas karunia hujan malam ini. Aku tersenyum lega. Ketika aku akan beranjak pergi, tiba-tiba telingaku menangkap suara, seperti suara bebek, tapi ini sangat berbeda,
“Hiks hiks hikss…!”
Suara itu datang dari arah beranda rumah. Dekat sekali. Aku menghentikan langkahku. Suara itu semakin jelas.
“Hiks Hikss!”
Setelah ku buka pintu. Suara itu semakin jelas terdengar. Suara perempuan. Dan mataku dengan jelas melihat seorang perempuan menangis tersisak-isak di kehujanan, depan pintu pagar. Melihat itu, dadaku sesak. Perasaan iba dan kawatir bercampur aduk menjadi satu. Namun aku memberanikan diri mendekatinya,
“Assalamua’laikum! Koq hujan-hujanan mba’”.
Tanpa jawaban.
“Berteduh di dalam saja mba’! Nanti sakit”.
Perempuan itu hanya diam menunudukkan kepala. Pakaiannya basah. Tubuhnya menggigil. Ia tanpak lemah sekali. Sekilas kulihat ia tampak seperi mahasiswa UIN Syarif. Gaya berpakaiannya yang padan dan sopan, dengan celana jeans abu-abu membuatku bertambah yakin. Ya seperti gaya mahasiswa UIN Syarif pada umumnya. Tanpa sepengetahuanku ia membalikkan tubuhnya kearahku. Dan sekejap tampaklah wajah yang cantik memesona. Tak ayal mataku tak berkedip menatapnya. Wajah putih bersih tiada noda, dibalut jilbab hitam berpita emas. Hatiku bergetar hebat. Syaraf dan otot-ototku terasa membeku. Inilah pertama kalinya aku menatap wajah gadis jelita dari jarak yang sangat dekat. Sesaat lama kami beradu pandang. Gadis itu tersenyum dengan kedua lesung pipit yang membuatku bertambah kagum, aku tersadar dan cepat-cepat memalingkan wajah. “Subhanallah, inikah yang disebut-sebut orang bidadari…” Gemuruh hatiku.
“Ayo ke dalam saja! Disini hujan.” Ajakku untuk yang kedua kalinya dengan sedikit gugup.
Perempuan itupun beranjak menuju rumahku. Namun ia memohon untuk berteduh di teras saja. Kemudian aku buru-buru menyediakan handuk, menyeduh teh panas dan tak lupa mengambil sedikit makanan di oven untuk sekedar menghilangkan rasa dingin.
“Silahkan diminum!.”
Dia membalasku dengan senyuman. Senyuman menawan yang belum pernah kudapatkan dari gadis manapun. Jantungku bergetar hebat. Gemuruh hatiku semakin tak tertahan. Alangkah cantiknya perempuan ini. Parasnya begitu sempurna bagai purnama tak berawan. Andai aku bisa memilikinya... Ya tuhan, kabulkan do’a hambamu ini!. Sesaat lama kami terdiam.
“Habiskan saja minumannya! Kalau kurang nanti saya tambah lagi.”
“Ya, Terima kasih.” Balasnya (lagi-lagi) ia melepaskan senyuman. Melihat itu gemuruh hatiku bertambah hebat. Putaran pompa jantungkupun semakin tak terkendali. Rasanya ingin cepat-cepat tahu siapa nama, alamat, nomor handpon, perempuan ini. Tapi nyaliku belum juga muncul. Aku terus memikirkan hal itu. Tak lama kemudian kucoba tarik nafas dalam-dalam, lalu memberanikan diri untuk memulai perkenalan.
“Oh ya, kita belum kenalan. Nama saya Firman, kamu?.” Tawarku sambil mengulurkan tangan.
“Putri Rania.” Jawabnya singkat.
“Kosan kamu dimana? Jauh nggak dari sini?” Tanyaku sudah mulai agak tenang.
“O... Saya nggak ngekos.”
“Berarti setelah kuliyah langsung pulang dong ke rumah.”
“Ya, tapi saya bukan mahasiswa sini.”
“Terus kuliyah dimana?”
“Di Franch University, smester I. Kebetulan sekarang lagi liburan.”
Ya tuhan, ternyata dugaanku benar. Malam ini aku didatangi oleh bidadari cantik dari negeri Eiffel, negeri pahlawan Zizou sang bintang idola sepakbola dunia itu. Seketika hatiku berbunga-bunga. Seluruh penat dan letih kegiatan kuliyah tadi siang spontan hilang begitu saja. Aku tak pernah merasakan kebahagiaan seindah ini sebelumnya. Aku juga tidak menyangka kenapa hal ini bisa terjadi kepadaku.
“Enak ya bisa kuliyah di luar negeri.”
“Sama aja sebenarnya, di dalam maupun luar negeri semuanya tergantung masing-masing kita.”
“Ya, tapi tentunya pendidikan disana lebih menjanjikan daripada di sini, ya kan!”
“Semua pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Begitu juga di sana.”
“Iya ya. O ya, tadi kenapa hujan-hujanan di luar sana?”
“Saya lagi nunggu papa. Katanya mau jemput di depan UIN Shahid. Nah, pas hujan saya bingun cari tempat berteduh. Di pertigaan sana banyak tukang ojek, tapi saya takut sama orang-orang yang tak dikenal. Terus tempat berteduh lain juga nggak ada, akhirnya aku berteduh di bawah pohon mangga itu, menurutku lebih aman.”
“Lucu kamu.” Ujarku sambil tertawa kecil.
Rania benar-benar bukan wanita biasa. Aku merasakan keistimewaan yang lebih pada dirinya. Suaranya yang lembut dan gaya bicaranya yang tertata rapih membuat aku semakin terpesona. Suasana malam menjadi terasa begitu cair dan romantis. Hatiku semakin sejuk dan bahagia. Rasanya ingin selalu berada di samping Rania. Inilah pertama kali aku terpesona pada seorang gadis. Gadis jelita yang tak kalah cantiknya dengan artis-artis Hollywood yang sering muncul di layar kaca. Aku benar-benar tenggelam dalam kebahagian. Mungkinkah ini cinta? Tapi secepat inikah prosesnya? Gundah hatiku.
Tiba-tiba hendpon Rania berdering. Ia memohon diri untuk mengangkatnya sebentar. Aku terpaksa menunggu hingga pembicaraan mereka selesai. Tak lama kemudian sebuah mobil BMW New Series berhenti di depan pagar rumahku. Aku terkejut, dan ternyata itu orang tua Rania. Tak lupa ia memperkenalkan orang tuanya kepadaku. Namun, belum sempat ku ajak masuk kerumah, mereka sudah meminta untuk pamit pulang karena ibu Rania sudah cemas menunggu di rumah.
“Firman, terimakasih ya atas kebaikanmu. Semoga tuhan membalas. Titip salam buat orang-orang di rumahmu! Kapan-kapan jalan kerumahku ya! Aku tunggu.”
“Ya, sama-sama. Tap, tapi...”
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum Salam.” Jawabku linglung sambil menggaruk-garuk kepala.
BMW New Series itupun perlahan melaju. Tangan Rania melambai. Dan senyuman menawan itupun mekar di balik kaca film mobil yang perlahan jauh dan menghilang. Hatiku berontak. Perasaan sedih tiba-tiba menerkam. Badanku lemas. Tak terasa air mata menggenangi seluruh bola mataku dan menetes.
“Aku bodoh, Kenapa tadi cuma tanya nama doank... Alamatnya belum, nomor handpon belum, tanggal lahirnya juga belum. Aku benar-benar bodoh!”
Rania, aku tidak mau tahu siapapun kamu, dimanapun keberadaanmu, senyumanmu telah membuat hatiku luluh. Dan tutur-katamu telah membuat aku tersihir oleh anak panah cinta yang menancap keras di ulu hatiku. Aku tak akan berhenti berharap, suatu saat kita akan bertemu, dalam kebahagiaan cinta kasih yang halal, yang tak terlukiskan oleh seniman dunia manapun.
Jika dedaunan rimbun berbicara memujimu
Ku titip syair pada angin yang berhembus.
Malam ini demikian panjang bagiku
Ku tunggu kabar dari orang-orang yang datang dan pergi.
Sungguh!
Dibalik senyummu ada cahaya bersinar indah,
begitu menawan tanpa cela.
Ciputat, 12 November 2007
Oleh : Mtt_Qeen
Sore yang cerah. Sinar mentari mulai memerah. Menyelinap dibalik pepohonan rimbun di seberang jalan. Cahayanya begitu lembut menerpa kulitku nan lembab. Sesekali angin sejuk berhembus dari utara membawa aroma wangi sate pak Jali yang biasa mangkal di trotoar jalan depan.
Aku, Mama, dan kak Shofi duduk-duduk di beranda rumah, ngorsek (ngobrol ringan seputar kehidupan). Ceritapun bergulir, mulai dari kisah puisi kesayanganku yang kecebur got tadi siang hingga cerita hiruk pikuk konversi minyak tanah ke kompor gas yang semakin tak jelas ujungnya. Ya beginilah bangsaku. Tua-tua keladi, makin tua semakin jadi. Selalu saja melahirkan keputusan tak berpihak. Akibatnya rakyat kecil tercekik, sementara tikus-tikus got yang bertopeng Instansi berlapang perut di dalam sana, terbahak-bahak. Aku heran, kenapa bangsa ini malang sekali nasibnya? Hmmhhhhh...
Tak terasa hari semakin gelap. Awan-awan hitam begitu cepat menyebar dan menyelimuti bias langit. Mama dan kak Shofi bergegas masuk rumah, menutup pintu dan jendela. Sementara di jalan sana masih ramai mahasiswa-mahasiswa muda yang sedang menunggu angkutan pulang. Mereka begitu antusias memilah-milah mobil yang harus ditumpangi. Aku tak beranjak pergi. Terus menatap ke jalan yang lama-kelamaan semakin lengang.
“Sreet sreeettt duuaaaaaaaar!! ”
Lamunanku buyar.
“Firman… Cepat masuk! ”
“Ya Ma.”
Aku segera masuk rumah. Beberapa saat kemudian hujan turun sangat lebat sekali, diiringi dentuman petir yang bertalu-talu. Aku ingat pesan almarhum kakek Mujib (guru ngajiku sewaktu SMA). Katanya, ‘Jika hujan datangnya ketika menjelang pagi, artinya akan ada pertanda buruk karena masyarakat tidak bisa beraktifitas di pagi itu, namun jika ia datang menjelang magrib artinya akan ada pertanda baik yang sangat meyenangkan’.
“Mudah-mudahan ini benar pertanda baik. Amien…” Harapku.
***
Jam menunjukkan pukul 20.45, sementara hujan belum juga reda. Aku beranjak ke kamar mandi, wudhu, kemudian shalat Isya’ berjama’ah bersama Mama. Sementara kak Shofi asik dengan remot control dan sinetron kesayangannya “Cinta Fitri”. Baginya sinetron ini adalah tontonan wajib yang tak tergantikan oleh program apapun. Bahkan ia rela mengorbankan acara-acaranya di kampus cuma karena Fitri dan Farel. Aku heran.
Usai shalat aku segera membereskan sajadah. Kemudian aku berjalan ke arah jendela. Ku lihat hujan masih menari-nari diluar sana. Menerpa dedaunan kering yang sudah lama tak tersiram. Pohon mangga, rambutan, dan tanaman hias di depan rumahku, mereka semua bertasbih memuji tuhan atas karunia hujan malam ini. Aku tersenyum lega. Ketika aku akan beranjak pergi, tiba-tiba telingaku menangkap suara, seperti suara bebek, tapi ini sangat berbeda,
“Hiks hiks hikss…!”
Suara itu datang dari arah beranda rumah. Dekat sekali. Aku menghentikan langkahku. Suara itu semakin jelas.
“Hiks Hikss!”
Setelah ku buka pintu. Suara itu semakin jelas terdengar. Suara perempuan. Dan mataku dengan jelas melihat seorang perempuan menangis tersisak-isak di kehujanan, depan pintu pagar. Melihat itu, dadaku sesak. Perasaan iba dan kawatir bercampur aduk menjadi satu. Namun aku memberanikan diri mendekatinya,
“Assalamua’laikum! Koq hujan-hujanan mba’”.
Tanpa jawaban.
“Berteduh di dalam saja mba’! Nanti sakit”.
Perempuan itu hanya diam menunudukkan kepala. Pakaiannya basah. Tubuhnya menggigil. Ia tanpak lemah sekali. Sekilas kulihat ia tampak seperi mahasiswa UIN Syarif. Gaya berpakaiannya yang padan dan sopan, dengan celana jeans abu-abu membuatku bertambah yakin. Ya seperti gaya mahasiswa UIN Syarif pada umumnya. Tanpa sepengetahuanku ia membalikkan tubuhnya kearahku. Dan sekejap tampaklah wajah yang cantik memesona. Tak ayal mataku tak berkedip menatapnya. Wajah putih bersih tiada noda, dibalut jilbab hitam berpita emas. Hatiku bergetar hebat. Syaraf dan otot-ototku terasa membeku. Inilah pertama kalinya aku menatap wajah gadis jelita dari jarak yang sangat dekat. Sesaat lama kami beradu pandang. Gadis itu tersenyum dengan kedua lesung pipit yang membuatku bertambah kagum, aku tersadar dan cepat-cepat memalingkan wajah. “Subhanallah, inikah yang disebut-sebut orang bidadari…” Gemuruh hatiku.
“Ayo ke dalam saja! Disini hujan.” Ajakku untuk yang kedua kalinya dengan sedikit gugup.
Perempuan itupun beranjak menuju rumahku. Namun ia memohon untuk berteduh di teras saja. Kemudian aku buru-buru menyediakan handuk, menyeduh teh panas dan tak lupa mengambil sedikit makanan di oven untuk sekedar menghilangkan rasa dingin.
“Silahkan diminum!.”
Dia membalasku dengan senyuman. Senyuman menawan yang belum pernah kudapatkan dari gadis manapun. Jantungku bergetar hebat. Gemuruh hatiku semakin tak tertahan. Alangkah cantiknya perempuan ini. Parasnya begitu sempurna bagai purnama tak berawan. Andai aku bisa memilikinya... Ya tuhan, kabulkan do’a hambamu ini!. Sesaat lama kami terdiam.
“Habiskan saja minumannya! Kalau kurang nanti saya tambah lagi.”
“Ya, Terima kasih.” Balasnya (lagi-lagi) ia melepaskan senyuman. Melihat itu gemuruh hatiku bertambah hebat. Putaran pompa jantungkupun semakin tak terkendali. Rasanya ingin cepat-cepat tahu siapa nama, alamat, nomor handpon, perempuan ini. Tapi nyaliku belum juga muncul. Aku terus memikirkan hal itu. Tak lama kemudian kucoba tarik nafas dalam-dalam, lalu memberanikan diri untuk memulai perkenalan.
“Oh ya, kita belum kenalan. Nama saya Firman, kamu?.” Tawarku sambil mengulurkan tangan.
“Putri Rania.” Jawabnya singkat.
“Kosan kamu dimana? Jauh nggak dari sini?” Tanyaku sudah mulai agak tenang.
“O... Saya nggak ngekos.”
“Berarti setelah kuliyah langsung pulang dong ke rumah.”
“Ya, tapi saya bukan mahasiswa sini.”
“Terus kuliyah dimana?”
“Di Franch University, smester I. Kebetulan sekarang lagi liburan.”
Ya tuhan, ternyata dugaanku benar. Malam ini aku didatangi oleh bidadari cantik dari negeri Eiffel, negeri pahlawan Zizou sang bintang idola sepakbola dunia itu. Seketika hatiku berbunga-bunga. Seluruh penat dan letih kegiatan kuliyah tadi siang spontan hilang begitu saja. Aku tak pernah merasakan kebahagiaan seindah ini sebelumnya. Aku juga tidak menyangka kenapa hal ini bisa terjadi kepadaku.
“Enak ya bisa kuliyah di luar negeri.”
“Sama aja sebenarnya, di dalam maupun luar negeri semuanya tergantung masing-masing kita.”
“Ya, tapi tentunya pendidikan disana lebih menjanjikan daripada di sini, ya kan!”
“Semua pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Begitu juga di sana.”
“Iya ya. O ya, tadi kenapa hujan-hujanan di luar sana?”
“Saya lagi nunggu papa. Katanya mau jemput di depan UIN Shahid. Nah, pas hujan saya bingun cari tempat berteduh. Di pertigaan sana banyak tukang ojek, tapi saya takut sama orang-orang yang tak dikenal. Terus tempat berteduh lain juga nggak ada, akhirnya aku berteduh di bawah pohon mangga itu, menurutku lebih aman.”
“Lucu kamu.” Ujarku sambil tertawa kecil.
Rania benar-benar bukan wanita biasa. Aku merasakan keistimewaan yang lebih pada dirinya. Suaranya yang lembut dan gaya bicaranya yang tertata rapih membuat aku semakin terpesona. Suasana malam menjadi terasa begitu cair dan romantis. Hatiku semakin sejuk dan bahagia. Rasanya ingin selalu berada di samping Rania. Inilah pertama kali aku terpesona pada seorang gadis. Gadis jelita yang tak kalah cantiknya dengan artis-artis Hollywood yang sering muncul di layar kaca. Aku benar-benar tenggelam dalam kebahagian. Mungkinkah ini cinta? Tapi secepat inikah prosesnya? Gundah hatiku.
Tiba-tiba hendpon Rania berdering. Ia memohon diri untuk mengangkatnya sebentar. Aku terpaksa menunggu hingga pembicaraan mereka selesai. Tak lama kemudian sebuah mobil BMW New Series berhenti di depan pagar rumahku. Aku terkejut, dan ternyata itu orang tua Rania. Tak lupa ia memperkenalkan orang tuanya kepadaku. Namun, belum sempat ku ajak masuk kerumah, mereka sudah meminta untuk pamit pulang karena ibu Rania sudah cemas menunggu di rumah.
“Firman, terimakasih ya atas kebaikanmu. Semoga tuhan membalas. Titip salam buat orang-orang di rumahmu! Kapan-kapan jalan kerumahku ya! Aku tunggu.”
“Ya, sama-sama. Tap, tapi...”
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum Salam.” Jawabku linglung sambil menggaruk-garuk kepala.
BMW New Series itupun perlahan melaju. Tangan Rania melambai. Dan senyuman menawan itupun mekar di balik kaca film mobil yang perlahan jauh dan menghilang. Hatiku berontak. Perasaan sedih tiba-tiba menerkam. Badanku lemas. Tak terasa air mata menggenangi seluruh bola mataku dan menetes.
“Aku bodoh, Kenapa tadi cuma tanya nama doank... Alamatnya belum, nomor handpon belum, tanggal lahirnya juga belum. Aku benar-benar bodoh!”
Rania, aku tidak mau tahu siapapun kamu, dimanapun keberadaanmu, senyumanmu telah membuat hatiku luluh. Dan tutur-katamu telah membuat aku tersihir oleh anak panah cinta yang menancap keras di ulu hatiku. Aku tak akan berhenti berharap, suatu saat kita akan bertemu, dalam kebahagiaan cinta kasih yang halal, yang tak terlukiskan oleh seniman dunia manapun.
Jika dedaunan rimbun berbicara memujimu
Ku titip syair pada angin yang berhembus.
Malam ini demikian panjang bagiku
Ku tunggu kabar dari orang-orang yang datang dan pergi.
Sungguh!
Dibalik senyummu ada cahaya bersinar indah,
begitu menawan tanpa cela.
Ciputat, 12 November 2007
ISLAM, WANITA DAN KESETARAAN JENDER
Oleh : Almuttaqin
Sejak dahulu, mulai dari zaman pra kerajaan hingga republik sekarang, perempuan selalu menjadi warga kelas dua, menjadi sub ordinasi dari kaum yang bernama laki-laki. Perempuan dianggap mempunyai peran yang sangat sedikit atau bahkan tidak mempunyai peran sama sekali dalam tatanan kehidupan keluarga dan masyarakat. Itulah sebabnya dunia yang kita huni ini sering disebut dunia patriarki, laki-laki lebih berkuasa daripada wanita.
Pada awal peradaban manusia, laki-laki sengaja memarjinalkan posisi wanita. Karena mereka dianggap sosok manusia yang lemah, tidak memiliki spirit untuk berusaha dan berkembang. Dan hal itu menjadi preseden buruk yang sampai saat ini masih kita rasakan imbasnya. Tidak hanya laki-laki saja yang menganggap demikian, celakanya perempuanpun terdoktrin oleh budaya itu sebagai sebuah dogma yang turun-temurun yang seakan-akan wajib dianut. Orang tua mengajarkan sikap nrimo atas semua perlakuan laki-laki sebagai seorang kepala keluarga.
Jika kita mengingat kembali sejarah abad ke-4 masehi sebelum datangnya Islam. Atau sering disebut zaman Jahiliyah. Perempuan mempunyai kedudukan seakan hamba sahaya, tidak memiliki suatu hak yang yang diakui secara sah. Ia tidak mempunyai hak milik, tidak mempunyai hak untuk melaksanakan suatu usaha. Tidak mempunyai untuk memiliki tempat hidup. Bahkan mereka dianggap sebagai benda yang dimiliki tetapi tidak memiliki. Mereka menjadi warisan, tetapi tidak mewarisi. Dan mereka dapat dipaksa untuk bersuamikan pria yang mereka benci. Bahkan dijadikan sebagai alat untuk perjudian.
Inilah dunia dalam sisi gelap yang selalu memarjinalkan keberadaan perempuan. Padahal mereka adalah manusia, sama seperti laki-laki yang memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai manusia yang memegang ujung tombak peradaban dunia.
Reformasi Wanita
12 Rabiul Awwal tahun 571 Masehi adalah hari besar bagi seluruh alam. Langit tersenyum, bumi bertasbih, angin terdiam dan pepohonan sujud seraya mengucap syukur. Seorang Rasul telah diutus ke muka bumi sebagai pelita dalam kegelapan, penepis segala penindasan dan mengangkat kembali harkat martabat kaum wanita ke tingkat yang sebenarnya.
Muhammad bin Abdulah dari qabilah Qurays. Dialah sang pelopor gerakan reformasi perempuan pertama di dunia. Bersama Islam diangkatlah kedudukan wanita dan dikembalikan ke tingkat yang layak sebagai makhluk Allah yang diciptakan untuk mendampingi kaum pria dalam misinya sebagai khalifah di muka bumi. Mereka dibebaskan dari penindasan, perlakukan sewenang-wenang dan diberikan hak yang sama dengan laki-laki sebagai partner hidup yang patut dihargai dan dihormati.
Hal ini dibuktikan dengan munculnya Khodijah Binti Khuailid dalam kehidupan Muhammad SAW sebagai sosok perempuan yang mendukung program reformasi yang menandakan dimulainya gerakan emansipasi wanita. Yaitu kebebasan untuk maju dan berkembang. Dia adalah pembisnis perempuan terkaya pada masa itu. Perniagaannya luas hingga menyerbu pasar-pasar di Syria dan pusat perbelanjaan di Habashah, Yaman. Dia dikenal aktif di muka publik. Sebagai isteri seorang Nabi dia hidup proporsional. Seluruh kekayaannya diinfakkan untuk perjuangan suaminya Muhammad demi tegaknya kalimat tauhid dan pembebasan atas kaum yang tertindas yang akan tumbuh subur dari ujung Timur hingga tempat terbenamnya matahari di ufuk Barat.
Seorang ahli ilmu terkagum-kagum dengan sosok Khadijah, ”Saya cukup terhenyak ketika tersadar bahwa terdapat perbincangan lain yang tak kalah penting yaitu munculnya sosok, figur, dan tokoh perempuan Islam pertama di muka bumi ini yang memeriahkan konstelasi pengetahuan mengenai arti perjuangan seorang perempuan menghadapi kuatnya kultur patriarki”.
Begitu juga Sayyidah Aisyah istri Muhammad SAW yang semasa hidupnya berjuang untuk kepentingan dakwah Islam sesuai tuntutan zaman pada masa itu. Pilar-pilar kemanusiaan tercermin dari sorot matanya. Gema-gema jihad membekas dalam sikap dan kata-kata bijaknya dimata publik. Sementara kasih sayangnya tergambar dalam goresan hadits-hadits suci yang yang autentik hingga saat ini menjadi bahan rujukan untuk menentukan sebuah hukum yang adil dan benar.
Sangat tidak adil jika selama ini Islam menjadi kambing hitam dan pengabsahan bagi pengekangan terhadap perempuan, karena yang menjadi persoalan sampai sejauh ini bukan terletak Islam sebagai agama, tetapi lebih-lebih pada internalisasi paham keislaman bias jender. Sejarah telah mebuktikan bahwa banyak diantara sahabat bahkan isteri-isteri Rasulullah sendiri yang beraktifitas di luar publik. Mereka tidak dilarang, mereka tidak dicegah, bahkan perjuangan-perjuangan mereka telah memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan Islam di dunia.
Potret sejarah manusia, kita kenal dengan Fatimah Az-Zahra, Ratu Bilqis, Cleo Patra dan Indira Gandhi. Di Indonesia kita kenal dengan Ibu Kartini, Cut Nyak Dien, dan lainnya. Mereka adalah komunitas perempuan yang mampu membangun sebuah komitmen besar dalam sejarah dunia, yaitu menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan menumpas segala bentuk tindak kejahatan. Bahkan dalam sejarah politik moderen, Indonesia pernah memiliki presiden perempuan Megawati Soekarno Putri. Kemunculannya sebagi pemimpin tertinggi negeri kita ini - meskipun mendapat kritik dari para pemuka agama – memberikan angin segar bagi perjuangan pergerakan wanita di Indonesia.
Konsep Islam Menyamakan Kedudukan Pria dan Wanita
Allah SWT berfirman;
”Dan janganlah kamu iri terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagian perempuan (pun) ada bagian yang mereka usahakan.”. (QS. An-Nisa : 32)
Sungguh nyata apa yang Allah firmankan dalam ayat ini. Hak milik laki-laki sama dengan apa yang telah Allah berikan kepada perempuan. Semuanya sudah diatur dan sisamaratakan sesuai kadarnya. Laki-laki mendapatkan hak untuk memiliki sesuatu, maka perempuan juga mempunyai hak untuk memiliki. Jika laki-laki mendapatkan hak atas warisan, maka perempuanpun mendapatkan hak atasnya. Begitu juga dalam jual beli, membuat perjanjian, dan menentukan pilihan hati untuk mencari pendamping hidup. Mereka tidak bisa dipaksakan walaupun oleh orang tuanya sendiri.
Dalam ayat lain Allah berfirman;
”Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan ia sangat marah. Dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau membenamkan ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu.”. (QS. An-Nahl: 58-59)
Dalam ayat ini secara tegas Allah memberikan sebuah penilaian ”Ingatlah alangkah bururknya (putusan) yang mereka tetapkan itu”. Secara tidak langsung Allah menegaskan bahwa derajat perempuan itu sama dengan laki-laki. Memiliki hak untuk dihargai dan dihormati. Mempunyai hak untuk hidup bebas tanpa diskriminasi. Dan Islam mewajibkan seluruh pemeluknya baik laki maupun wanita untuk menuntut ilmu setinggi tingginya.
Sayangnya tidak semua laki-laki menyadari konsep ini. Laki-laki kadang-kadang seenaknya mendiskriminasi perempuan tanpa ada belas kasihan sedikitpun. Seperti halnya kasus-kasus pemerkosaan, pembunuhan dan exploitasi wanita yang marak terdengar di berbagai media dan stasiun televisi baru-baru ini.
Laki-laki kebanyakan terlalu membesarkan ego daripada akal sehat. Mereka menganggap perempuan hanya sebagai penambal kesenangan belaka. Padahal perempuan adalah bagian terpenting dalam kehidupan keluarga. Bukankah Rasulullah pernah menyatakan, laki-laki yang belum menikah itu agamanya baru setengah. Berarti dalam diri perempuan adalah setengah yang lain, sehingga jika disatukan akan menjadi satu kesatuan yang utuh. Bahkan hingga Rasul sempat menyebutkan bahwa syurga itu berada di telapak kaki ibu.
Sungguh berkat perjuangan dan pengorbanan Rasulullah SAW, akhirnya kita bisa menikmati indahnya kesetaraan. Kesetaraan derajat sebagai makhluk Allah. Karena sesungguhnya yang bisa membedakan laki-laki dan perempuan hanyalah taqwa. Dan taqwalah yang bisa melebihkan derajat kita dari semua makhluk.
Referensi
Albukhori, Jefri. Ada Apa dengan Wanita. 2006. Jakarta: Almawardi
Djunaidi, Akhmad, dkk. Khodijah Sosok Perempuan Karier Sukses. 2006. Jakarta: MA Press
PROBLEM PRIBADI
KRISIS KEPERCAYAAN DIRI
Dalam bahasa sehari-hari “pede” tentu kita sudah mengenal artinya yakni percaya diri. Semua orang sebenarnya punya masalah dengan istilah yang satu ini. Apalagi saya yang memiliki banyak keterbatasan-keterbatasan.
Kita tentu sering medengar orang yang merasa telah kehilangan rasa kepercayaan diri di hampir keseluruhan wilayah hidupnya. Mungkin terkait dengan soal keluarga, tetangga, masyarakat dan lain-lain. Ada juga orang yang merasa belum pede dengan apa yang dilakukannya atau dengan apa yang ditekuninya. Ada juga orang yang merasa kurang percaya diri ketika menghadapi situasi atau keadaan tertentu. Berdasarkan praktek hidup, kita bisa mengatakan bahwa yang terakhir itu normal dalam arti dialami oleh semua manusia.
Ketika kepercayaan diri itu melemah biasanya saya melakukan langkah preventif melalui muhasabah, mendekatkan diri kepada Allah, membaca buku-buku yang membangun dan menonton film-film yang dapat menggugah kembali semangat hidup seperti spiderman, transformers dll. Dengan hal itu kepercayaan diri saya kembali muncul dengan dengan himmah yang sempurna.
Namun yang saya rasakan belakangan ini sangat berbeda sekali. Menurut saya hal ini sudah sangat jauh menyimpang dari garis normal psikologi. Bahkan mungkin sudah mencapai taraf krisis kepercayaan diri. Sebab setiap hari saya merasakan bahwa diri saya sekarang ini lemah, dan tidak punya kemampan untuk berkembang. Karena hal ini berbagai langkahpun sudah saya lakukan untuk mengembalikan kepercayaan diri, namun hasilnya nihil. Saya sama sekali tidak menemukan jawaban yang memuaskan.
Dengan ini saya mohon kepada Bapak untuk membantu mencari solusi problem saya ini? TERIMA KASIH (Mtt_Qeen)
Kita tentu sering medengar orang yang merasa telah kehilangan rasa kepercayaan diri di hampir keseluruhan wilayah hidupnya. Mungkin terkait dengan soal keluarga, tetangga, masyarakat dan lain-lain. Ada juga orang yang merasa belum pede dengan apa yang dilakukannya atau dengan apa yang ditekuninya. Ada juga orang yang merasa kurang percaya diri ketika menghadapi situasi atau keadaan tertentu. Berdasarkan praktek hidup, kita bisa mengatakan bahwa yang terakhir itu normal dalam arti dialami oleh semua manusia.
Ketika kepercayaan diri itu melemah biasanya saya melakukan langkah preventif melalui muhasabah, mendekatkan diri kepada Allah, membaca buku-buku yang membangun dan menonton film-film yang dapat menggugah kembali semangat hidup seperti spiderman, transformers dll. Dengan hal itu kepercayaan diri saya kembali muncul dengan dengan himmah yang sempurna.
Namun yang saya rasakan belakangan ini sangat berbeda sekali. Menurut saya hal ini sudah sangat jauh menyimpang dari garis normal psikologi. Bahkan mungkin sudah mencapai taraf krisis kepercayaan diri. Sebab setiap hari saya merasakan bahwa diri saya sekarang ini lemah, dan tidak punya kemampan untuk berkembang. Karena hal ini berbagai langkahpun sudah saya lakukan untuk mengembalikan kepercayaan diri, namun hasilnya nihil. Saya sama sekali tidak menemukan jawaban yang memuaskan.
Dengan ini saya mohon kepada Bapak untuk membantu mencari solusi problem saya ini? TERIMA KASIH (Mtt_Qeen)
Perkembangan Psikologi Remaja
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Setiap tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui. Bila seseorang gagal melalui tugas perkembangan pada usia yang sebenarnya maka pada tahap perkembangan berikutnya akan terjadi masalah pada diri seseorang tersebut. Untuk mengenal kepribadian remaja perlu diketahui tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain:
Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.
Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtua
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku "pemberontakan" dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orangtua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar.
Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam tugas perkembangan remaja tersebut.
Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).
Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah "aku" ?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya.
Selain tugas-tugas perkembangan, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada remaja, antara lain:
* Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat
* Emosinya tidak stabil
* Perkembangan Seksual sangat menonjol
* Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
* Terikat erat dengan kelompoknya
Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan. Dari kesimpulan yang diperoleh maka masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:
* Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
o Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya: Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi. Anak mulai bersikap kritis
o Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
Memperhatikan penampilan
Sikapnya tidak menentu/plin-plan
Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
o Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:
Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
* Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis mulai menyadari akan realitas sikapnya mulai jelas tentang hidup mulai nampak bakat dan minatnya. Dengan mengetahui tugas perkembangan dan ciri-ciri usia remaja diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.
Subscribe to:
Posts (Atom)