06 April 2008

MUSIM BERTENGKAR

Mtt_Qeen

Musim bertengkar. Bayang-bayang hari
bertumpu
di atas awan tebal. Kawanan pungguk

terbang siang. Menghardik kerumunan semut

berebut pagi . Dalam riuh angin, jiwaku
menggebu debu. Mengundang maut dan petaka besar.

Desingan peluru petir menyambar, menyembunyikan

erangan awan. Aku bersedih, dengan petani
memaki
hujan. Malaikat-malaikat subuh menarik
selimut
di rumah tuhan. Zamanku lebur.
Terperangkap
dingin dan panas siang.

Kota-kota hari esok akan terpanggang. Teriakku

tak mampu membangunkan gerombolan pemadam

yang sedang tertidur pulas. Ini hari masih berjalan.

Tangis ayam jantan akan terus mernggenangi
lubang.
Lihatlah para pemabuk menari!
Tahun-tahun berganti.

Hari esok ada salju.

LUKA SENJA

Oleh: Mtt_Qeen

Senja menghilang,
dibalik tubuh semut kecil

yang bertengger di besi tua

Dia mengaduh mengerang

Pada pinggul yang terluka,

dan kemudian pergi

KREATIF

DARI ALBUM PERDANA HINGGA NOSE MASKER

Berbicara soal kreatifitas, tentu semua orang akan tertuju kepada satu hal, yaitu karya. Karena buah dari kreatifitas adalah sebuah karya yang dihasilkan oleh manusia melalui proses berpikir kreatif, baik itu yang standar maupun monumental. Seperti halnya Thomas Alva E dan James Watt yang mampu menciptakan karya-karya monumental yang banyak memberikan manfaat untuk kehidupan manusia se-jagad hingga saat ini. Begitu juga halnya dengan kreasi-kreasi individu yang kita hasilkan, yang akan bisa dinikmati oleh kita sendiri.

Pada tahun 1995, (masa ambang krisis moneter) usiaku 8 tahun saya sudah mampu merangkai bait-bait syair. Dan bait-bait syair itu saya bacakan di depan kelas SD. Semua teman saya kagum dan bersorak-sorai, “TAMBUUH CIEK!”. Mereka ingin mendengarkan lagi bait-bait syair yang aku ciptakan itu. Waktu itu jantung saya berdebar-debar sekaligus bangga karena memiliki kreatifitas yang tidak dimiliki oleh teman-teman sebayaku. Satu album lagu anak-anakpun saya rumpangkan saat itu, ketika Enno Lerian sedang gencarnya menari-nari di layer kaca TPI 1996.
Bukan itu saja, pada usia 15 (kelas 3 SMP), saya sudah mencoba menyelesaikan sebuah tulisan yang berjudul “Ada Apa Dengan Wanita?” yang menceritakan tentang seluk beluk wanita dan perubahan-perubahan (mode) yang dialaminya dari masa ke masa. Alhamdulillah tulisan ini saya bukukan, dan hanya disebarkan ke teman-teman dekat dan pacar saya.
Nah, pada masa SMU di Jakarta ide-ide itupun muncul bak peluru yang ditembakkan oleh senapan Kaliber 50 yang menancap keras dan berentetan menusuk jantung sasaran. Kumpulan puisi “Di Atas Jarum, bingkai fhoto dari barang bekas, alat pengorek kotoran hidung, hiasan tempurung, dan karya pertama yang saya ikut lombakan dalam Ajang Kreasi Teknologi Award 2006 adalah Nose Masker. Masker hidung yang saya berikan maskot “Bebas Asap, Bebas Polusi dan Bebas Berkreasi” ini adalah lambang cinta saya untuk manusia. Masker hidung ini bertujuan untuk memudahkan seseorang untuk berkomunikasi dan melakukan segala aktifitas di luar rumah tanpa ada gangguan dari segala hal yang bisa mengganggu. Karena selama ini yang kita kenal adalah masker yang menutupi hidung dan mulut, yang membuat seseorang terlihat jelek dan sok bersih. Dan Nose Masker hanya ditempelkan dihidung saja, tanpa mengganggu pandangan dan pernafasan. Hebat bukan! Melalui 3 saring penyulingan ia mampu menetralisir semua udara kotor yang masuk melalui hidung. Tapi, saya tidak berhasil di ajang ini. Saya sangat sedih. (Almuttaqin)