Oleh : Mtt_Qeen
Belum tuntas pemberitaan kasus UNAS yang terjadi sepekan yang lalu, sekarang kita dihebohkan lagi oleh insiden yang sebenarnya tidak patut terjadi di negeri kita yang konon menjunjung tinggi nilai-nilai pancasialisme. Yaitu bentrok antara massa FPI yang mengatasnamakan Islam dengan massa Aliansi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) - yang juga digaungkan oleh aktifis-aktifis Islam - di Monas pada hari minggu lalu.
Insiden ini ternyata membuat kepolisian kita kewalahan mencari titit temu siapa yang salah dan siapa yang benar. Karena dari lima orang oknum yang mereka tangkap sebagai tersangka kemarin belum memberikan keterangan yang jelas perihal insiden, bahkan hingga hari ini.
Jika ditelisik dari video-video rekaman di televisi dan dari jumlah pihak korban insiden, tentu sebagai masyarak media saya akan mengambil kesimpulan bahwa insiden ini merupakan ambisi dari ormas FPI. Massa FPI begitu antusias menyerang lawannya membabi buta. Ada yang menggunakan tangan, tongkat dan bahkan dengan alat pengeras suara (toa) sekalipun. Mereka juga menghancurkan truk yang membawa perlengkapan sound system milik AKKBB. Dalam sebuah media yang saya baca kemarin, korban insiden ini hampir mencapai 12 orang dari massa AKKBB, dan salah satu diantaranya adalah jemaah Ahmadiyah, sedangkan korban dari FPI tidak ada sama sekali. Hal ini jelas membuktikan bahwa siapa penyerang dan siapa yang diserang adalah menjadi tolak ukur siapa yang benar dan siapa yang salah.
Tak pelak demo meminta pembubaran FPI pun mulai menyeruak dimana-mana. Ormas-ormas dari berbagai daerah seperti Jogja, Bogor, Banyuwangi dan Jawa Timur mewarnai aksi ini dengan membawa slogan “Bubarkan FPI!”. Sejak 8 tahun lalu berdiri, FPI menurut penilaian masyarakat memang dikenal dengan sikap arogansinya dalam menindak berbagai persoalan di negeri ini, termasuk kasus Ahmadiyah. Namun bukan berarti kita menghukum FPI sebagai dalang anarkis, hanya saja untuk urusan hukum yang berlandaskan pancasila seperti Indonesia ini FPI tidak perlu bersikap seperti itu, karena sangat bertentangan dengan ideologi bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Saya sangat setuju dengan sikap yang dilontarkan oleh ketua FPI Jember Jawa Timur, Abu Bakar, kemarin ia dengan ikhlas dan dengan kerendahan hatinya meminta ma’af atas insiden Monas, walaupun insiden itu bukan atas tindakan dirinya dan anggotanya. Dia juga dengan tegas membubarkan FPI melalui surat resmi yang ditanda tangani di atas kertas. Inilah wajah Islam yang sebenarnya, yang lebih mementingkan kemaslahatan ummat daripada egoisme golongan.
Insiden monas ini disamping menambah catatan baru kasus kekerasan yang terjadi beberapa pekan terakhir, juga memberikan dampak buruk bagi citra Islam yang menjunjung tinggi sikap Lakum di nukum wa liyadin. Sebagai pemeluk Islam saya ingin meluruskan pemahaman ini, bahwa Islam sangat menjunjung tinggi toleransi beragama, bukan menginginkan perang sehingga semua manusia menjadi Islam. Islam adalah agama cinta damai, yang tidak pernah mengajarkan anarkis, apalagi menginginkan perang.
No comments:
Post a Comment